Senja masih jingga. Dan aku masih
tetap melihatmu dari balik punggung. Tak ada pergerakan berarti antara kita. Lalu, aku lelah menanti
sebuah harap tak pasti.
Kamu masih disana. Berdiri tanpa
niat untuk sekedar menoleh ke belakang. Tanpa niat untuk melihat siapa yang
berdiri di sana dengan tegarnya.
Aku berusaha untuk membirukan langit
senja. Aku berusaha menari dengan kaki yang tak sempurna. Berusaha menggapai angin. Lalu berusaha
melukis awan.
Iya. Sia-sia.
Bahkan bayangmu saja tak dapat aku
gapai. Lalu langkah kakimu tak dapat ku ikuti. Lalu, aku harus apa?
Membiarkan hujan menghapus jejak
langkahmu dengan sendirinya?
atau angin menerbangkan semua
harapku dengan sendirinya pula?
Jangan pernah berlari.
Karena bahkan aku tak bisa
mengikutimu walau tertatih.
Karena sepertinya kita memang ada
di jalan yang berbeda.
Lalu, untuk apa aku mengikuti
jejakmu padahal ini bukan jalanku?
Untuk apa aku berusaha memhitamkan
langit malam?
Atau berusaha menggapai bintang?
iya. Untukmu yang bayangnya saja
kukagumi.
Aku sudah bosan mendengar semua
yang orang katakan padaku
Tentang betapa bodohnya aku
Tentang bagaimana ini menjadi rumit
dengan sendirinya
Tentang perasaanku yang tidak
berkesudahan.
Lupakan.
Jika kau ingin mencari bintang,
carilah.
Aku bahkan hanya bisa diam kan?
Carilah.
Carilah bintang yang kamu inginkan.
Carilah bintang yang paling
bersinar.
Carilah bintang itu, sampai
akhirnya kamu kehilangan bulan.