Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 07 Maret 2016

Pamit [Drabble]

          

            Tubuh saling bersandar

Ke arah mata angin berbeda

Kau menunggu datangnya malam

Saat kumenanti fajar.
**

“Ada yang harus kita omongin deh.”

Suaranya bergema dimalam yang ga terlalu ramai. Kali ini, baik aku ataupun dia tidak seperti biasanya. Kami hanya diam, sampai saat suaranya memecah keheningan.

“Kita udah ga cocok ya.”

Dia menghela nafas sebentar. Menjeda perkataan berikutnya. Sementara aku hanya mendengarkannya dengan pandangan tertunduk. Menggoyang-goyangkan kakiku dengan menyentuh rumput-rumput yang tumbuh dibawah bangku.

“Jalan kita udah beda, ya.” Aku akhirnya buka suara mendahuluinya. Mendongakkan kepala menatapnya. Tersenyum sebentar sebelum kembali menundukkan kepala.

“Iya.” Dia menyahuti. Lalu melingkarkan tangannya ke bahuku. Mengusap-usapnya pelan. “Terlalu banyak perdebatan antara kita. Dan aku ngerasa, yaudah. Kita gak bisa sama-sama lagi. Susah juga untuk bertahan. Kamu sama aku juga udah capek kan.”

Aku mengangguk. Menyadari semua yang kami lakukan pada akhirnya sia-sia. Perdebatan hebat kemarin menjadi puncaknya. Aku menyadarinya. Jalan kami memang sudah berbeda. Aku ataupun dia tidak bisa lagi mengalah untuk ikut ke salah satu jalan. Kami sudah sampai di persimpangan.

“Nggak ada yang akan berubah setelah kita selesai.” Dia menegaskan. Lalu mengusap puncak kepalaku pelan. “Yang berubah cuma status kita yang jadi mantan. Hehehe.”

Aku tertawa sedikit walaupun sebenarnya  air mataku berebutan untuk keluar. Tanganku bergerak cepat menyeka mataku sebelum air mata itu turun. Tidak mau dia melihatnya sekalipun.

“Yah, Jangan nangis.” Dia kembali mengusap kepalaku pelan. “Aku tetap jadi teman baik kamu. Percaya. Yang berubah, cuma kita ga saling memiliki lagi. Itu doang.”

Aku mengangguk lalu menatapnya. Dia tersenyum sebelum kembali mengusap kepalaku lalu bergerak memelukku. Menepuk-nepuk bahuku. Memberi semangat.

“Makasih udah ngasih aku kesempatan buat mengenal kamu lebih jauh. ”

***

Inspired by : tulus – Pamit.