Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 20 Desember 2013

Bait-bait Si Pengagum Rahasia



Hai kamu! Iya. Kamu. Pria berjaket merah yang sedang berdiri di ujung sana. Kemarilah. Duduklah disini bersamaku. Sebentar saja. Maka akan kuceritakan sebuah cerita tentang penantian, tentang bagaimana menunggu seseorang yang sejak lama kau kagumi. Ceritaku.


Kepada kamu yang mempunyai tatapan meneduhkan. Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Ketahuilah, rasa ini tercipta karena dirimu. Tatapan yang meneduhkan itu, membuatku hanyut. Hanyut dalam rasa yang tercipta sendiri.


Kepada kamu, yang sangat suka tersenyum. Hei! Apa kamu tahu? Aku sangat suka momen ketika kamu tersenyum. Atau bahkan tertawa. Aku suka melihat lengkung kecil itu ada di bibirmu. Terlihat manis. Membuatku ikut tersenyum. Membuatku tak bisa mengalihkan pandangan barang sekejap saja. Senyum itu membiusku. Membuatku mabuk, dan hampir tak sadarkan diri. Seperti candu, senyum itu selalu membuatku ketagihan. Membuatku selalu ingin menikmatinya. Bahkan, aku sangat tak rela jika ketinggalan momen saat kamu tersenyum. Walau aku tahu, alasan kamu tersenyum atau tertawa itu bukan aku. Iya, bukan aku.


Kepada kamu, yang selalu kulihat dari jauh. Hei, kamu yang punggungnya selalu ku tunggu. Yang jejak kakinya selalu kunanti. Coba, lihatlah aku. Aku, yang selalu berdiri di belakangmu. Aku, yang selalu mengawasimu dalam jarak tertentu. Menjagamu diam-diam. Memelukmu dalam doa. Apa kamu pernah sadar keberadaanku? Walau itu hanya sekejap saja?


Ah, kamu takkan pernah tahu rasanya jadi aku. Jadi aku, yang hanya bisa berdiri jauh mengamatimu. Jadi aku, yang sekuat tenaga menahan rasa sakit ketika kamu tanpa sadar dekat dengan wanita lain. Iya. Kamu takkan tahu rasanya ketika duri-duri kecil itu menancap pada hatimu. Membuatmu harus merasakan perih yang tidak berujung.


Aku tahu, kamu bahkan tidak pernah tahu rasanya ketika kamu mengagumi seseorang terlalu dalam. Saking dalamnya, bahkan kamu tidak mengerti dan tidak sadar saat rasa kagum itu berubah menjadi rasa suka. Iya. Tepat. Itu perasaanku. Benar, perasaanku kepadamu yang bahkan tidak aku ketahui sejak kapan berubah.


Seperti terjatuh dalam samudera yang luas. Dan yang kulakukan saat itu hanya menyelam. Menyelam dalam lautan yang tidak mempunyai dasar. Seperti itulah perasaanku. Aku terus menyelam dalam harapan yang kubuat sendiri. Yang akhirnya, menenggelamkanku dalam sebuah mimpi semu yang tak berujung.


Saat aku memutuskan untuk berhenti menyelam dan menepi. Seperti itulah, saat aku menyerah pada keadaan. Saat aku tersadar, bahwa rasa ini takkan pernah terwujud. Saat aku putus asa terhadap mimpi yang kubuat. Saat aku tak lagi percaya pada harapan yang telah ku gantung tinggi.
Jangan pernah sebut aku bodoh. Aku hanya kurang pintar. Terutama, dalam mengendalikan semua harapan ini.


Untuk kamu, Mentariku. Tetaplah menyinari aku, semestamu. Walau aku tahu, bukan hanya aku yang menikmati sinarmu.


Teruntuk kamu, Penyemangatku. Maafkan aku yang tak pernah bisa untuk mengungkapkan perasaan ini. Maafkan aku yang tak pernah rela membagi perasaanku padamu. Bukan, aku bukan tidak rela. Sungguh, aku bahkan sangat ingin membaginya kepadamu. Tapi, apa kamu mau menerimanya? Apa kamu sudi untuk merasakan perasaan yang kurasakan?


Pada tetes hujan yang turun hari ini, aku menitipkan rindu pada tiap tetesnya padamu. Pada angin yang berhembus. Aku menitipkan sebuah bisikan untukmu. Bahwa aku menyayangimu. Dan pada pekatnya malam, aku menitipkan rasa ini. Kepada kamu, aku menitipkan sebagian hatiku di sudut tak tersentuh di ruang hatimu, ya. Tolong jaga baik-baik hatiku. J



Dan inilah akhir dari sebuah bait-bait tak bermakna yang hanya bisa terekam dalam sebuah lembaran putih bersih tak bernoda. Kata-kata dari seorang pengagum rahasiamu.

Rabu, 04 Desember 2013

Teman Terbaik.

Kalian pernah punya teman terbaik?

teman yang selalu ada disaat lo lagi jatuh.

teman yang selalu marahin lo ketika lo berbuat sesuatu yang bodoh. bukan, mereka marah bukan karena benci. justru, mereka marah karena sebenernya, dibalik marahnya mereka, mereka ga mau ngeliat lo sakit dan meneteskan air mata lagi.

teman yang selalu ada disaat lo lagi berbuat konyol atau malu-maluin di depan publikdan mereka bukanya bergerak menjauh, tapi ikut-ikutan malu-maluin.

tapi mereka adalah teman yang sama sekali ga marah saat lo ada di fase bahagia, dan ga melibatkan mereka dalam momen bahagia lo.

gue punya. teman-teman terbaik gue dalam menghabiskan masa-masa Putih Abu-abu yang--katanya--jadi masa paling indah. masa dimana semua berawal. masa peralihan.

temen-temen terbaik gue...



Namanya Ulva. tepatnya Ulva Mujianah. Anak terakhir dari.... duh lupa!. Ulva ini punya nama panggilan Sipoh alias Si pohon. gue ga begitu ngerti kenapa nama ini dicetusin sama Wace--dia kepala suku di Ipa3-- dan malah jadi nama paling beken dia sampai sekarang. mungkin karena mukanya yang mirip akar-akar pohon, atau mungkin badannya yang miring batang? entahlah. Ulva ini anaknya easy going banget. dia punya pacar adek kelas. dan masih bertahan sampai sekarang. cieeee. walaupun selama dia pacaran, baik gue, Umi, maupun Fajar selalu jadi setan yang mempengaruhin dia buat putus. Ya jelas, mana ada pacar tega ngatain pacarnya sendiri "Serbet Warteg"? -_- kan lucu. tapi untungnya ya dia ga dengerin nasehat nasehat menyesatkan itu. Hahaha. Ulva ini, sering banget ngomong bahasa jawa yang aneh-aneh. yang kadang, gue ga ngerti artinya itu apa. ya jelas, udah tau bahasa jawa gue remedial mulu. dan dia ngomong bahasa yang lebih aneh lagi. gimana ga binggung coba?


kedua ada..



Namanya Umi. Umi Nur Fitriani. Ga pernah inget gimana awalnya saat gue pertama kali kenal dia. Yang jelas, tiba-tiba gue udah main bareng aja gitu. anak yang paling kalem diantara kami berempat. anak yang paling 'Halus' . iya, halus nyindirnya. dia jarang ngomong, tapi sekali ngomong itu langsung nge jleeb dihati. dia juga ga pernah nyinyir kayak gue ataupun Fajar, tapi sekali nyinyir langsung bikin gondok hati. ah, Umi ini juga anaknya agak-agak lambat. baik jalan sama nulis. pernah waktu nulis soal kimia di papan tulis, saking lamanya dia nulis satu soal, guru kimia gue sampe bilang "Kamu nulis apa mbatik?"


terakhir ada..



Fajar. namanya Fajar Retnowati. eia di foto itu dia yang pake topi oren ya, bukan yang warna ijo atau yang megang balon. itu mah lain cerita. Fajar ini temen sejak gue kelas 1. jadi gue sama dia udah 3 tahun sama-sama. mungkin kalo gue cewek dan dia cowok kami udah anniv 3 tahunan dan sekarang harus LDR Tegal-Jakarta. Hahaha. Gue dan Fajar punya nama panggilan "Betat". Singkatannya Belahan Pantat. Karena waktu itu dimana ada gue pasti ada dia. dan istilah Belahan Hati atau Belahan Jiwa itu udah terlalu menstrem. Tadinya gue pengen nyebut kalo kita itu Belahan hidung. tapi kalo disingkat jadi Bedung. kayaknya gak banget. ga enak di denger. Fajar ini anaknya jujur, saking jujurnya sampe ngomentarin orang yang mukanya jelek pun dia bakal bilang langsung ke orangnya kalo dia jelek. Pffttt.

Momen-momen :


                                       ini pas wisuda




                                    ini pas perpisahan


                                  sama Ulva :D


                               abis narik becak (?)


                                   sama Fajar, semprul -__--



                          sama Umi

sekarang, gue rindu mereka -_-