Jumat, 31 Juli 2015

Senja Masih Jingga.


Senja masih jingga. Dan aku masih tetap melihatmu dari balik punggung. Tak ada pergerakan  berarti antara kita. Lalu, aku lelah menanti sebuah harap tak pasti.
Kamu masih disana. Berdiri tanpa niat untuk sekedar menoleh ke belakang. Tanpa niat untuk melihat siapa yang berdiri di sana dengan tegarnya.
Aku berusaha untuk membirukan langit senja. Aku berusaha menari dengan kaki yang tak sempurna.  Berusaha menggapai angin. Lalu berusaha melukis awan.
Iya. Sia-sia.
Bahkan bayangmu saja tak dapat aku gapai. Lalu langkah kakimu tak dapat ku ikuti. Lalu, aku harus apa?
Membiarkan hujan menghapus jejak langkahmu dengan sendirinya?
atau angin menerbangkan semua harapku dengan sendirinya pula?
Jangan pernah berlari.
Karena bahkan aku tak bisa mengikutimu walau tertatih.
Karena sepertinya kita memang ada di jalan yang berbeda.
Lalu, untuk apa aku mengikuti jejakmu padahal ini bukan jalanku?
Untuk apa aku berusaha memhitamkan langit malam?
Atau berusaha menggapai bintang?
iya. Untukmu yang bayangnya saja kukagumi.
Aku sudah bosan mendengar semua yang orang katakan padaku
Tentang betapa bodohnya aku
Tentang bagaimana ini menjadi rumit dengan sendirinya
Tentang perasaanku yang tidak berkesudahan.
Lupakan.
Jika kau ingin mencari bintang, carilah.
Aku bahkan hanya bisa diam kan? Carilah.
Carilah bintang yang kamu inginkan.
Carilah bintang yang paling bersinar.
Carilah bintang itu, sampai akhirnya kamu kehilangan bulan.

0 komentar:

Posting Komentar